Kamis, 08 Desember 2011

ANALISIS MATERI AJAR KIMIA DAN PEMBELAJARANNYA KELAS VII DI SEKOLAH SMP YPN ETIS LANDIA


Sonang Sitorus*
*Guru Kimia Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tebing Tinggi, Jl Sutomo No 15
Tebing Tinggi, Sumatera Utara, e-mail : ulysitorus81@yahoo.com

Abstrak
         Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan silabus ada hal sudah sepantasnya dikembangkan agar pencapaian hasil belajar maksimal. Selain hal itu, diperlukan perhatian yang cukup terhadap faktor internal dan eksternal dari diri pribadi siswa agar pencapaian tersebut benar-benar tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kurikulum, silabus, bahan ajar serta masalah pembelajaran. Sebagai sampel dari penelitian ini adalah pihak sekolah dan juga siswa terdiri dari satu kelas yaitu 32 orang. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif (%) menggunakan instrumen angket, disamping itu juga, dilakukan wawancara dan observasi terhadap lingkungan sekolah.
         Analisis materi ajar menunjukkan bahwa buku yang digunakan sudah sesuai dengan silabus, namun siswa belum memiliki buku pegangan sendiri. Hal ini diakibatkan keadaan ekonomi orang tua. Disamping itu juga, ditemukan masalah pembelajaran seperti halnya, sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai. Media yang tidak disediakan oleh sekolah sehingga guru berinisiatif  menyediakan sendiri. Kualifikasi guru yang mengajar berlatar belakang kependidikan yaitu jurusan kimia.
Keyword : Kurikulum, silabus, masalah pembelajaran, analsis materi ajar.

Pendahuluan

         Pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2001 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Penerapan desentralistik pengelolaan pendidikan adalah dengan diberikannya wewenazng kepada sekolah untuk menyusun kurikulum. Hal itu juga mengacu pada undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 pada tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan Tujuan Pendidikan serta pasal l35 tentang standar nasional pendiidikan. Selain itu, juga adanya tuntutan golbalisasi dalam bidang pendidikan yang memacu keberhasilan pendidikan nasional agar dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara-negara.
         Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanankan. Bukti nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada sekolah untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaan disekolah.
         Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mmengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
         Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan sekolah menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa,, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, daerah dan atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan belajar mengajar.
         Keberhasilan pendidikan nasional ditentukan oleh prestasi siswa ditiap-tiap sekolah diseluruh Indonesia. Faktor penentu keberhasilan siswa terdiri dari beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi aspek biologis, intelegensi, psikologis, minat, motivasi dan cara belajar siswa. Faktor eksternal meliputi aspek lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, (Mursyid, 2010). Sekolah sebagai faktor eksternal penentu keberhasilan siswa memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dengan faktor internal siswa. Untuk itu sekolah berupaya melakukan berbagai tindakan yang bermamfaat untuk meningkatkan keberhasilan siswa.dan mengurangi masalah pembelajaran yang timbul disekolah tersebut. Berbicara masalah pembelajaran pada saat ini pada umumnya para guru menghadapi tantangan yang cukup serius mengenai sulitnya para siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya penggunaan kurikulum yang tepat, menyediakan tenaga pengajar yang berkualitas, menyediakan sarana dan prasarana sekolah yang memadai, mengkondisikan iklim sekolah yang kondusif untuk belajar dan lain sebagainya (Sri : 2008).
          Meskipun sekolah telah memiliki kewenangan dalam menyusun kurikulum dan menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, namun masih banyak siswa yang tidak lulus ujian nasional (UN) dan masih didapati adanya kecurangan dalam pelaksanaan UN. Inilah yang menjadi indikator yang menunjukkan bahwa masih ada masalah-masalah pembelajaran yang terjadi disekolah.
         Dengan demikian peneliti bertujuan untuk meneliti kesesuaian materi ajar dengan Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diterapkan disekolah khususnya bidang studi kimia, menganalisi bahan ajar serta masalah-masalah pembelajaran yang ada
         Dan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kesesuaian materi dengan kurikulum satuan tingkat pendidikan yang ada disekolah? Bagaimana bahan ajar yang digunakan disekolah serta masalah –masalah pembelajaran  yang  di temukan di sekolah.

Metode Penelitian.
         Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan melalui pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah SMP swasta YPN Etis Landia di daerah Gaperta Ujung Medan. Dan sebagai sampel penelitian adalah SMP Swasta YPN Etis Landia Gaperta Ujung, kelas VII tahun ajaran 2010/2011, sebanyak 32 orang siswa.
         Penelitian ini dilaksanakan selama 3 hari (tanggal 2 – 4 Agustus 2010). Hari pertama wawancara dengan pihak sekolah (Kepala Sekolah dan guru bidang studi), hari kedua mengobservasi lingkungan sekolah baik itu dalam dan luar sekolah. Dan hari ketiga pemberian angket kepada siswa.
         Adapun bentuk wawancara yang dilakukan adalah berhubungan dengan penerapan Kurikulum tingkat satuan Pendidikan disekolah, baik itu silabus, materi ajar, bahan ajar yang digunakan serta masalah-masalah yang timbul ketika proses belajar mengajar. Bentuk observasi lingkungan sekolah yang dilakukan adalah keadaan fasilitas sekolah sarana dan prasarana sekolah dan bentuk lingkungan di sekolah. Dan bentuk angketnya, adalah 2 indikator diantaranya hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti faktor internal (diri siswa) dan eksternal(sarana dan prasarana, guru, dan orangtua). Adapun jumlah pertanyaan dalam angket yang diberikan sebanyak 12 pertanyaan dengan 3 pilihan diantaranya tidak pernah, jarang dan sering.
Hasil dan Pembahasan
         Hasil analisis data pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pengajaran dilakukan dengan bentuk wawancara kepada pihak sekolah yaitu Kepala sekolah, sementara dalam pelaksanaan kurikulum, pihak yang diwawancara adalah guru bidang Studi IPA khususnya yang mengajarkan kimia.
         Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa implementasi penerapan Kurikulum belum sepenuhnya dilaksanakan ini dapat diperoleh dari Silabus yang belum dikembangkan. Di sekolah ini, guru kimia berasal dari jurusan kimia, dan guru untuk mengajarkan kimia untuk tingkat SMP telah terpisah dari guru IPA sehingga masing-masing guru fokus pada bidangnya masing-masing. Guru kimia telah menyusun prota, prosem dan rencana program pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus dari BNSP. Yang menjadi buku pegangan guru mengikuti standar isi silabus dan layak dipakai. Selain itu juga, guru kimia juga memperoleh masalah pembelajaran.keadaan siswa yang kurang motivasi belajar, buku pegangan siswa yang tidak ada dan juga kondisi lingkungan sekolah yang ribut akibat daerah lintasan rel kereta api. Dari hasil observasi juga diperoleh bahwa lingkungan sekolah yang sempit, perpustakaan dan laboratorium yang tidak ada. Dan sekitar lingkungan sekolah adalah daerah lintasan rel kereta api dan daerah permukiman penduduk dengan mata pencaharian sebahagian besar adalah pemulung.
         Untuk menguatkan data hasil wawancara, maka peneliti juga memberikan angket terbuka kepada siswa. Dimana angket ini bertujuan untuk menguatkan informasi dari guru tentang masalah pembelajaran. Dalam angket ini, ada 2 faktor yang berpengaruh, diantaranya faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal adalah berasal dari diri siswa seperti halnya semangat belajar dan kemampuan. Sementara faktor eksternal adalah berasal dari sarana dan prasarana, media dan metode yang digunakan guru dan orangtua dalam hal ini difokuskan pada perhatian orangtua dan keadaan ekonomi. Angket yang digunakan terdiri atas 12 item choices, angket berisi pernyataan Hasil angket yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Jenis Pernyataan
Jumlah pemilih
Tidak Pernah
Jarang
Sering
1.   Saya senang belajar kimia
1 orang
14 orang
17 orang
2.   Orangtua saya sangat mendukung saya untuk belajar kimia
6 orang
17 orang
10 orang
3.      Lingkungan sekolah saya sangat mendukung pelajaran kimia
15 orang
13 orang
3 orang
4.      Kami mengunjungi laboratorium jika ada pelajaran kimia
28 orang
-
4 orang
5.      Guru kimia saya selalu marah jika saya tidak belajar dengan baik
3 orang
17 orang
13 orang
6.      Saya benci jika ada ulangan kimia
19 orang
7 orang
6 orang
7.   Guru kami selalu memotivasi kami untuk belajar dengan baik
-
4 orang
28 orang
8.   Orangtua saya menyuruh saya belajar pada siang hari dan malam hari
3 orang
10 orang
19
9.         Orang tua saya selalu memenuhi kebutuhan sekolah saya
-
11 orang
22 orang
10.  Guru Kimia menggunakan media jika sedang mengajarkan materi kimia

2 orang
10 orang
19 orang
11. Perpustakaan disekolah menyediakan buku-buku kimia yang relevan
31 orang
1 orang
-
12.     Saya selalu menyiapkan diri dengan baik jika ada pelajaran kimia
25 orang
2 orang
5 orang

         Untuk menganalisis setiap masalah yang ada disekolah, dan menyesuaikannya dengan hasil wawancara, maka dari angket dilakukan perhitungan. Dengan mengadakan penjumlahan antara jumlah pemilih dengan jumlah seluruh siswa, maka persentase dari setiap faktor dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: % setiap faktor dalam angket, adalah  jumlah pemilih untuk tiap choice dibagi jumlah siswa dikalikan dengan  100 %. Maka diperoleh hasil dibawah ini :

Faktor
Item
Tidak pernah
(%)
Jarang
(%)
Sering
(%)
Internal
Diri Siswa
1,6,12
46,87 %
23,95%
29,18%
Eksternal
Sarana dan Prasarana
3,4,11
77,08 %
14,7%
7,32 %
Media/metode
5,7,10
5,21%
32,29%
62,5%
Orangtua
2,8,9
9,375 %
39,58%
53,125%
Rata-rata persentase
34,63%
27,63%
38,03%
        
         Dari hasil perhitungan angket, diperoleh faktor yang dominan dalam masalah pembelajaran adalah sarana prasarana yaitu sebesar 77,08 %, dilanjutkan dengan faktor dari dalam diri siswa yang kurang yaitu sebesar 46,87 %, dan orang tua 9,375 % dan pengaruh dari media/ metode dari guru. Dari beberapa faktor diatas, telah membuktikan bahwa sarana prasana dalam belajar merupakan faktor penting dalam meningkatkan hasil pembelajaran.
         Dari hasil angket diatas, telah membuktikan hasil wawancara, dimana masalah pembelajaran timbul dari berbagai hal, terkhusus dari sarana dan prasarana dalam pembelajaran. Siswa yang tidak memiliki buku pengangan akan mengurangi semangat belajar siswa, orangtua yang berkeinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya bermasalah dalam keadaan ekonomi. Dari berbagai masalah diatas, akan semakin menghambat proses pembelajaran dan masalah pembelajaran yang tidak bisa diselesaikan dengan tuntas.
1.            Lingkupan materi ajar Kimia di SMP
Dalam lingkupan materi ajar kimia di SMP meliputi identifikasi materi ajar dan deskripsi materi ajar kimia.
1.1    Identifikasi Materi Ajar Kimia
         Berdasarkan standar isi yang dikeluarkan oleh BNSP terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk kelas VII SMP yaitu sebagai berikut:
Semester I      
Standar Kompetensi : 2. Memahami klasifikasi zat
Kompetensi dasar :
2.1    Mengelompok-kan sifat larutan asam, larutan basa, dan larutan garam melalui alat dan indikator yang tepat
2.2    Melakukan percobaan sederhana dengan bahan-bahan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari
2.3    Menjelaskan nama unsur dan rumus kimia sederhana
2.4    Membanding-kan sifat unsur, senyawa, dan campuran

Standar Kompetensi: 4. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
Kompetensi Dasar:    
4.1    Membandingkan sifat fisika dan sifat kimia zat
4.2    Melakukan pemisahan campuran dengan berbagi cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
4.3    Menyimpulkan perubahan fisika dan kimia berdasar-kan hasil percobaan sederhana
4.4    Mengidentifikasi terjadinya reaksi kimia melalui percobaan sederhana
Semester II
Standar Kompetensi: 5. Memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan
Kompetensi Dasar :
5.4    Menerapkan keselamatan kerja dalam melakukan pengamatan gejala-gejala alam
1.2    Deskripsi Materi Ajar  Kimia
         Materi ajar dikembangkan dari standar isi yang disusun oleh BNSP yang berisi pokok-pokok pembelajaran, pokok-pokok materi tersebut adalah:
1.      Asam, Basa dan Garam
2.      Sifat Asam Basa Pada Bahan Makanan
3.      Unsur Kimia
4.      Unsur, Senyawa, dan Campuran
5.      Sifat Fisika dan Sifat Kimia
6.      Pemisahan Campuran
7.      Perubahan Fisika dan Perubahan Kimia
8.      Reaksi Kimia
9.      Keselamatan Kerja
         Materi ajar berisi konsep- konsep kimia yang disampaikan secara sederhana dan kugas untuk menghilangkan kesan bahwa kimia adalah sulit dan banyak menghapal, selain itu deskripsi materi ajar disajikan dengan konsep kimia yang tidak bisa terpisah dari kehidupan nyata siswa dehigga siswa menyadari bahwa kimia berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari, contohnya siswa akan menemukan kimia dalam berbagai kehidupan manusia dan barang-barang yang sering digunakan manusia.

2.      Analisis Bahan Ajar
         Bahan ajar yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama swasta Etis Landia kelas VII ada dua buku, yaitu penerbit Esis karangan Lufti dan Yudistira  karangan Nurul Kamilati. Buku ini sesuai dengan standar isi silabus dan kurang digunakan, karena rincian materi yang kurang meluas. Isi buku tersebut tidak berurutan bila disesuaikan dengan materi ajar yang dikembangkan BNSP.  Dari hasil angket di lapangan dan observasi lingkungan sekolah ditemukan bahwa sekolah tidak memiliki perpustakaan dan siswa tidak memiliki buku pegangan.
         Ini merupakan kendala dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar tidak tercipta komunikasi dua arah, informasi pendidikan hanya diperoleh dari guru, hal ini juga menjadi peluang bagi siswa untuk ribut dan kondisi lingkungan sekolah yang dekat dengan lintasan kereta api hal ini justru membuat hasil belajar yang semakin menurun.
3.      Masalah Pembelajaran
         Masalah pembelajaran yang di temukan dari hasil wawancara, observasi dan hasil angket yang telah analisis ada beberapa aspek diantaranya, sarana dan prasarana belajar, media dan metode yang digunakan guru dan lingkungan luar sekolah. Ketiga aspek ini sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil pembelajaran.
3.1    Sarana dan Prasana
Dari hasil observasi, wawancara dan juga angket ditemukan bahwa sarana dan prasarana masih sangat minim. Hal ini sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar. Laboratorium dan perpustakaan yang tidak ada justru membuat siswa kurang motivasi dalam belajar, hal ini sesuai dengan pendapat para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak akan mudah memahami konsep–konsep yang sulit apabila disertai dengan contoh-contoh yang kongkrit, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mempraktikkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda yang benar-benar nyata.(Desi : 2006). Disamping itu juga, dikatakan bahwa pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu, yaitu merupakan suatu konsep belajar dengan cara guru mengaitkan situasi dunia nyata siswa ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya. Siswa akan lebih paham jika halnya mereka mengalami langsung dan melihat bentuk dari alat-alat kimia yang ada dilaboratorium.
 
3.2    Lingkungan luar sekolah 
          Dalam kehidupan manusia, setiap manusia membutuhkan suasana lingkungan yang aman, bersih dan sebagainya. Suasana bising, udara dan air yang kurang bersih yang akan dapat ,menggangu pertumbuhan fisik dan psikologis anak. Suasana lingkungan yang udara dan air kurang bersih dapat mempengaruhi kesehatan fisik yang mengakibatkan tingkah laku anak dalam belajar terganggu. (tim pengajar perkembangan peserta didik : 2006). Ini juga sebagai kendala guru dalam melaksanakan pembelajaran, dimana keadaan anak yang berasal dari lingkungan setempat dengan lingkungan sosial yang kurang baik. Lingkungan sosial anak tempat terjadinya hubungan sosial diantara seseorang dengan orang lain dimana dalam hubungan itu terjadi saling mempengaruhi antara orang yang saling berhubungan itu. Melalui saling mempengaruhi inilah membawa dampak terhadap perkembangan anak. Lingkungan sosial anak seperti halnya juga lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dalam kehidupannya. Dalam lingkungan keluarga inilah anak mulai belajar berbagai hal yang berdampak terhadap perkembangan intelek, sosial dan sikap anak. Salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga adalah tipe pelayanan orang tua yang hangat yakni yang memberikan kasih sayang yang tulus dan perhatian besar terhadap kepentingan anak.
3.3    Media dan Metode dalam pembelajaran
         Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemamfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan disekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan zaman (Arsyad, 1997 : 2). Tidak hanya penggunaan media yang diharapkan, tetapi juga pemilihan metode yang tepat, agar media dan metode dapat berdampingan dengan tepat. Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Ada kalanya penafsiran akan pesan tersebut tidak berhasil, kurang memahami apa yang didengar, dibaca, atau dilihat dan diamati. Hal ini terjadi karena beberapa faktor penghambat antara lain, psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi, pengetahuan dan hambatan fisik, seperti misalnya kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera, dan cacat tubuh. Karena adanya hambatan tersebut, proses komunikasi belajar mengajar seringkali berlangsung secara tidak efektif dan efisien. Media dan metode pendidikan sebagai salah satu cara dan sumber dalam menyalurkan pesan dan mengatasi hal tersebut. (Sadiman, dkk.2003 : 11).
         Hamalik (dalam Arsyad, 1997 : 15) penggunaan media dan metode pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.         
4. Analisis Kurikulum
         Dari hasil analisis wawancara diatas, disimpulkan bahwa sekolah belum mengembangkan kurikulum sesuai dengan daerah lingkungan sekolah. Dengan demikian, diharapkan sekolah mengikuti aturan dari pemerintah yang telah mengatakan desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanankan. Bukti nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada sekolah untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaan disekolah.
         Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mmengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
         Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan sekolah menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, daerah dan atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan belajar mengajar.
Kesimpulan
         Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
  1. Kurikulum Silabus yang dipakai di kelas VII Etis Landia diadopsi langsung dari model kurikulum silabus BNSP. Sekolah belum mengembangkan kurikulum silabus dari BNSP sesuai dengan potensi daerah. 
  2. da berbagai masalah pembelajaran yang muncul disekolah, seperti halnya buku pegangan siswa yang tidak ada, sarana dan prasarana yang tidak ada, lingkungan sekolah yang bising, sekolah tidak menyediakan media, sehingga guru yang mengajar hanya menggunakan media yang relative terjangkau dan metode mengajar yang digunakan guru kebanyakan hanyalah ceramah dan diskus
Saran
         Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: sebaiknya pihak sekolah, guru bidang studi, orang tua dan juga lingkungan tempat sekolah, hendaknya berkerja sama dalam mengembangkan kebutuhan sekolah agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
         Dan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang ada dalam sekolah, diharapkan kepada pemerintah memperhatikan keadaan sekolah dan membantu sekolah dalam memenuhi kebutuhan sekolah yang menunjang tercapainya keberhasilan anak didik.

Daftar Pustaka

________, http://www.warta unair.ac.id (diakses 30 Juli 2010)
________, http://www.suara merdeka.com, (diakses 30 Juli 2010)
Azhar, Arsyad, (1997), Media Pengajaran, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.        
Girsang, Sri Roganda., (2008), Perbandingan Penggunaan Multimedia berbasis Komputer dan media sederhana terhadap hasil belajar kimia siswa pada sub pokok bahasan minyak bumi di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan
Hamalik, O., (1985), Media Pendidikan, Penerbit Alumni, Bandung.
Kamilati, Nurul, (2006), Mengenal Kimia SMP Kelas VII, Penerbit Yudhistira, Kebumen
Lufti, (2007), IPA KIMIA SMP dan MTS untuk Kelas VII, Penerbit Esis, Jakarta
Sadiati, Desi (2006), Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok pada pokok bahasan gaya dan percepatan kelas VII SMP Negeri 2 Bukateja, Skripsi, FMIPA, UNS, Semarang
Tim pengajar, 2006, Perkembangan Peserta Didik. Universitas Negeri Medan, Medan
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar